Subscribe

17 Desember 2007

Tuhan dalam baskom


Lek Sapar sedang menggelepar.

Ia menggigil dalam selimut sarung tipis yang penuh lobang bekas percikan api rokok.

Pelipis kiri dan kanan ditempel satu koyo yang diparuh jadi dua. Kaos kaki bolong bagian jempol pinjaman dari Karto sudah dipakai. Tapi dingin masih juga menjalari sekujur tubuhnya. Bantal kapuk gembos, menopang lehernya yang meregang karena panas tinggi. Kedua matanya merem melek, kabur menatap kecoa-kecoa yang berpesta di sudut lembab kamar ½ meter X 1 ½ meter. Mulutnya gemetar, setengah bergumam, separuh komat-kamit, menyebut nama Gusti Tuhan.


Karto datang membawa sekrop karatan.


Lek..sekropnya aku kembalikan..suwun..”


Huhuhuhh…huhuhuhhhh….”


Karto mengamati Lek Sapar yang cuma bisa bergumam tak jelas.


Kenapa Lek? Sampean sakit tah?”


Ndak…lagi sembahyang…huhuhhhhh….”


Oh, kupikir sakit, kok badan sampean seperti menggigil kedinginan begitu..”


Ya ini aku lagi sakit, goblok!”


Karto garuk-garuk kepala. Lalu ia duduk bersimpuh di dekat lek Sapar.


Sudah jelas orang sakit kok pake ditanya.. kebangeten kamu itu To..sudah gitu, bezuk orang sakit kok bawa sekrop..mbokya bawa buah-buahan gitu…jeruk apa apel…”


Lha saya mana tahu kalo sampean sakit lek?”


Makanya kamu itu jangan mblakrak keluyuran sampek ndak pulang segala…lha kalau aku pas sakit terus mati …gimana?”


Ya dikubur lek..”


Ndas mu!”


Lha iya to..masak mati dibiarkan?…ya dikubur lek..”

Kamu pikir ngubur orang ndak pake duit? Apa kamu punya duit buat beli tanah kuburan?”


Lho? Aku pikir tanah kuburan itu gratis lek?”


Lha apa kamu kira kamu hidup di desa Kedung kandang tempat kamu mbrojol?...ini di kota To! Apa-apa beli, apa-apa mbayar…”


Gampang lek,..kalo ndak mampu beli tanah ya bathang sampean saya kintirkan di sungai..”


Makmu!! Kamu bisa dituduh mencemari lingkungan hidup!!, lagipula apa kamu pikir aku ini ayam ? ”


Lho duitnya kan bisa buat bancakan 40 hari sampean?”


Sudah! Pegel ngomong sama Raimu itu!”


Lek Sapar membetulkan letak selimut sarungnya. Karto celingukan.


Sampean ndak masak toh lek?..”


Lek Sapar mencep. Ia miringkan badannya ke arah tembok, membelakangi Karto.


Tahu kalo sampean ndak masak, tadi aku beli nasi bungkus lek..”


Lek Sapar menutup kedua telinganya. Karto keheranan melihat polah lek Sapar.


Aku bikin kopi ya lek?.. cangkemku kecut seharian belum nyeruput kopi lek…”


Tanpa menunggu persetujuan lek Sapar, Karto segera beranjak bikin kopi. Dia ke arah meja kayu tanpa taplak. Di atas sana ada toples plastik berisi kopi yang tinggal seperempat bagian. Sambil tersenyum ia mengambil gelas dan menuang kopi dua sendok. Lalu ia mencari gula. Dimana lek Sapar menyimpan gula? Ia tengok kanan kiri tapi tak juga menemukan toples atau plastik bungkus berisi gula.


Gula sampean taruh mana lek?”


Tak ada jawaban dari lek Sapar. Karto menoleh. Dilihatnya lelaki yang sakit itu ternyata menutup kepalanya dengan bantal.

Karto segera menghampiri, lalu mencolek kakinya.


Gula sampean simpen dimana lek?”


Kaki lek Sapar tiba-tiba njejeg tangan Karto. Karto kaget.


Mbok sudah,..aku jangan diganggu dulu..aku mau istirahat dulu..”


Lek Sapar terus menutupi kepalanya dengan bantal.


Yang ngganggu sampean itu siapa?..aku lho cuma mau bikin kopi lek..”


Lek Sapar diam. Karto membuang nafas.


Aku lho cuma nanya gula sampean simpen dimana, masak aku bikin kopi ndak pake gula?”


Lha apa kamu pikir, kalau gula ndak ada itu berarti aku simpen?”


Tiba-tiba lek Sapar melempar bantal ke wajah Karto. Karto lagi-lagi kaget. Kini lek Sapar bangkit dan duduk menghadapi Karto. Matanya melotot memandangi Karto.


Sebentar toh lek,..sampean itu sakit apa ketempelan? Sakit kok murang-muring?, kuat njejeg lagi..”


Yang kebangeten itu kamu.., sudah minggat sana..!”


Ndak usah disuruh, aku minggat sendiri, tapi aku mau bikin kopi dulu lek..biar ndak ngantuk..”


Bawa sini saja ndasmu, tak gibengnya..nanti kan kamu ndak ngantuk..”


Karto menatap Lek Sapar. Ia mengamati raut muka laki-laki separuh baya yang ada di depannya. Ia melihat kegetiran, telah bersenyawa dengan kesepian, menyusup dalam jangat pori-pori lelaki yang selama ini menemaninya kerja. Menemaninya hutang makan di warung, menemaninya jalan kaki ke pasar buat cari tambahan dengan jadi kuli angkut. Menemaninya saat beli baju di pasar loak. Menemaninya ngobrol soal perempuan, pendeknya, Lek Sapar lah yang lebih banyak menemaninya hidup ketimbang sanak saudara atau teman-temannya yang lain.


Koyo yang menempeli wajah lek Sapar, membawanya ke memori bahwa saat sedang sakit, laki-laki itulah yang memaksanya minum jamu. Saat keseleo, laki-laki itulah yang mengurut otot kakinya. Saat ndlahom lantaran tak ada yang bisa dimakan, laki-laki itulah yang tiba-tiba menyodorkan ubi rebus ke hadapannya.


Kali ini Karto menyodorkan kepalanya ke arah lek Sapar. Ia pasrah kalau akhirnya lelaki yang sudah banyak menemani dan merawatnya itu akan sungguh-sungguh menempeleng kepalanya.


Ganti kini Lek Sapar yang keheranan. Ia melihat Karto, menyerahkan kepala persis di posisi yang memudahkan tangannya buat menghadiahi Karto sekepal bogem mentah. Ia sendiri lebih sibuk mengurus bau tengik rambut Karto yang menteror lubang hidungnya. Hidungnya nyengir lantaran terpaksa mencium bau tengik itu.


Karto sendiri keheranan, kenapa kepalanya belum juga dipukul.


Jadi ndak lek?”


Apanya?”


Lho, katanya tadi mau nggibeng ndasku?”


Lek Sapar menelan ludah. Kata ‘ndak tega’ sekonyong itu muncul di dalam hatinya. Ia tahu ia sering berkata kasar, tapi tidak hatinya. Kata ‘ndak tega’ lah yang selama ini menjadi drive hidupnya. Menjadi motivasi dalam hidup yang dijalaninya. Mungkin karena itu ia tak bisa sesukses Cak Jumali yang sekarang sudah mapan jadi pengurus partai. Kalau mau sebenarnya, dia bisa bahu membahu dengan Cak Jumali mengumpulkan dan sedikit ‘mengolah kata’ kepada ratusan teman-teman kere nya agar berbondong-bondong nyoblos partai yang menjanjikan uang dan jabatan. Tapi ‘ndak tega’ lagi-lagi menghalanginya.(tubi kontinyu)

03 Oktober 2007

AGEN JEMBUK-JEMBUK SEVEN



Bzzzzz...bzzzz....


Halo,..Halo,...rojer, dikopi korek?..


bzzzz...bzzzz...


disini Jono, disitu siapa Ganti?


bzzzz......bzzzzz....


Kontek..kontek...Karto monitor??...
bzzzz....bzzzzz...


disini Jono, disitu siapa rojjerrr??


bzzzz....bzzzzz...
....To??...koen turu tah? apa dikopi ganti??
....bzzzzz...
Karto dubleg!!
Bzzzz...bzzzz....


kontek, kontek? Karto masuk, Karto masuk, ganti!.....


Bzzzz...bzzzz...
Tangi To!..dikongkon jogo malah turu...rojjerrr!!


..bzzz...bzzz........


Rojer, korek kopi ganti monitor karto kopook...!!!!!!!!!



"Wooi! Wedhus!! ojok di gawe dulinan HT iku!!"


Hansip Warip langsung nyaut HT dari tangan Jono Mbois.


"Iki ngono gawe nyambut gawe goblok!"
Jono mencap mencep,


"Halaah diselang diluk ae..masio ngono HT iku yo dhuduk wekmu ae.."


"Justru bukan punya saya, HT ini harus dijaga! ndak boleh disalah gunakan!!"


"Saya cuma cari Karto..."


"Karto itu memangnya siapa sih? kok kamu nyari dia pake HT segala? mbok sudah sana kamu cari sendiri, jalan kaki sana ...males!!"


Jono garuk-garuk kepala, lalu berkata


"Saya cuma mau ngasih kabar Cak.."


"Kabar apa lagi?"


"Kabar kalo kita sekarang sudah punya Blog baru.."


"Halaaah modelmu! Kere mana bisa punya blok..."


"Ini bukan blok perumahan Cak!..ini Blog pake 'G', maksudnya itu..."


Jono garuk-garuk kepala lagi.


"Maksudnya opo??"


"Waah..saya juga ndak sepiro ngerti cak, tapi yang jelas Blog kita sekarang tambah lagi..alamatnya disini.."


"Terus maksudnya apaa? kamu mau ganti status? dari keeree menjadi teroris? dimana-mana kok ada wong kere??"


"Ya biar orang tahu Cak, jumlah kita ini memang banyak..."


"Dunia itu biarkan cantik warna-warni kayak begini, ndak usah dikotori atau diriwuk'i nyambik-nyambik seperti kamu ...jadi sepet mataku!"


"Wah berarti sampeyan ndak setia kawan sesama kaum kere.."


"Lha wong saya memang mblenger jadi wong kere kok..mosok dari duluuuu nasib kok kereeee terus..apa kamu juga ndak bosen?"


"Ya bosen cak.."


"Lhaiya!..ngapain pakek koar-koar kalo kamu dan rombonganmu itu wong kere van deMbambung segala?? ndak dibilangi orang juga sudah tahu kok.."


"Gitu kok mereka ndak bertindak ya cak??"


"Bertindak gimana? mau kamu itu gimana?"


"Ya yang namanya hidup sama-sama di dunia, mbok yao saling membantu.."


"Membantu gimana? apa kamu pikir mereka itu ndak punya masalah sendiri yang juga ruweet.."


"Lho soal ruwet itu kan bisa dikurangi dengan membantu orang lain cak..? kalo mbuletisasi dengan problem probadi yo ndak ada entheknya cak..seperti guguk nyokot buntutnya sendiri..muuterrr ae.."


"Sudah ndak usah ngrasani orang lain, ..urus dirimu sendiri saja! tandhak bedhesmu itu jalankan dengan baik, itu sudah cukup! ndak usah berharap yang aneh-aneh.."


"Saya kan ibaratnya cuma ngetuk pintu cak..."


"Yang ngetuk pintu itu biasanya sales, kamu jualan apa sih? jualan nasib kerre mu itu??, alah-alaah..nggilani Jon, Jon..jadi orang miskin itu yang kuat mental gitu lho..."


"Saya cuma ndak tega lihat nasib temen-temen kere yang lain cak.."


"Ndak usah alasan!..nasib mereka itu sudah ada yang ngurus, kamu urus nasibmu sendiri saja!"


"Sampeyan dungaren kok bijaksana cak? biasanya bijaksini..."


"Lho, sebelum jadi hansip, aku ini sering ikut pengajian rek..yo opo koen iku.."


"Pengajian apa cak?"


"Duluuuuu...Duluuuuuuuuuuuuuu sekali.."


"Lha sekarang?"


"Males Jon, ..mending sedikit tahu tapi bisa di amalkan, daripada banyak tahu tapi ndak ada yang dipraktekkan.."


"Wah wah....tambah malam sampeyan tambah maut cak!"


"Wis ojo kakean cangkem! tukokno aku rokok kono.."


"Wah gak ono duwik cak..sementara ngemut kenthongan gerdu sik ae yo hehehe.."


***

01 Oktober 2007

SAJAK CINTA MBLODES

….angin cilik mreneo, angin gedhe minggato
wong mbladus mrono-o, wong ayu mreneo..
. . . . (lima menit kemudian) . . . .
lhaaaa…iku onok wong syuemoook…
ck,ck,ck,ck, ...
tapi kok casing’e kok rodho mbulak?
. . .
yo wis gak popo, sing penting sik ono ambeg'ane
timbangane awak kijenan diklamuti jaran..

masio mangkak-mangkak thitik gak popo wis …
sing penting lak ono bolongane tah…
maksud te iku bolongane irung ambek kuping ..

ojo ngeres-ngeres tah pikiranmu iku..
nek piktor, tatapno tembok dhisek ae ndasmu
sik rodho tobat thitik
nek gak mempan,
manukmu cepitno lawang dhiluk ...

Oh, Endang…Endang...
dimanakah awakmu mbelayang?
gak muleh-muleeeh..
aku iki selak kangen ndang …

masio awak kere, tapi cintaku paten
gedhangku gak kondorr..
ototku kawat, balungku wesi, raiku..gedhek


(lima menit kemudian)
...

lhaaa iku, arek’e wis mulih..waduh
pas engkuk disawat klompen koyok winginane..
singitan dhisek ahh..
***

23 September 2007

KERE: Sejak dulu kalaaaa..(h)












Lek Sapar:
Lhealaah... Jadi kamu baru tau kalo kamu itu Keree sejak dulu kala?

Pernah dengar Ken Arok kan? Ada yang bilang, konon cikal bakal raja-raja seluruh tanah jawa, bahkan sebagian besar Para Pemimpin di negeri ini, asalnya dari keturunan Ken Arok.

Karto kere:
Lho?? Ken Arok itu kan perampok? Pembunuh? Nyikat istri orang? Menghalalkan segala cara untuk bisa berkuasa? Mosok darah buajingan tengik itu mengiliri seluruh sejarah para Raja dan Pemimpin Bangsa ini?

Lek Sapar:
Lho kenapa kamu nesu atau marah?
Dapuran (Muka) mu kan bukan termasuk golongan Raja, Bangsawan atau minimal Camat? Laopo cangkem (Ngapain mulut) mu ikut sok protes? Kamu kan keturunan keree?

Karto kere:
Ndak gitu Lek, saya kan ndak rela kalau ternyata Para Raja & Pemimpin bangsa ini ternyata keturunan Begal Rampok sekaligus Pembunuh seperti Ken Arok?
Mosok ya Para pemimpin kita ini juga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya?

Lek Sapar:
Lhoo itu kan baru teori reintepretasi sejarah, kamu ya jangan langsung ho-oh ...
coba tengok saat jaman Nippon atau di era jaman Belanda ...

Karto kere:
Wah saya ya ndak menangi (ngikuti) lek ..

Lek Sapar:
Jaman Penjajahan baik jepang atau Belanda, yang bisa jadi Wedono, Lurah atau Pejabat pasti dicurigai sebagai pengkhianat. Karena mereka selalu nunduk-nunduk dan milih kerjasama dengan para penjajah. Jadi mereka bisa terus bertahan sebagai warga kelas Sugeeh alias kaya makmur sehingga menjaga anak turunnya jangan sampek kere kayak kamu..

Karto kere:
Wah itu prasangka lek, .. belum tentu terbukti benar

Lek Sapar:
Maksudku kalo mbah buyutmu dulu ndak mokong (bandel) alias mau bekerja sama dengan para penjajah, pasti nasibmu tidak seperti sekarang ..

Karto kere:
Ya mungkin mbah buyut saya mikirnya ndak sampe melip (muluk) kayak sampeyan gitu lek ..

Lek Sapar:
Tapi katanya, mbahnya mbah buyut kita itu pernah jadi Wedono lho ..

Karto kere:
Wah mosok lek, ..lha kok warisannya ndak turun ke kita-kita?

Lek Sapar:
Tapi Wedono yang ngelawan perintah Belanda, jadi belum sempat kaya sudah di tembak duluan ..

Karto kere:
Halaaah ...gitu kok ya diceritain toh lek, lek.. tiwas (terlanjur) aku arep-arep (berharap) ..
Asu..Asu!

***

PETAN: CAMILAN SIANG HARI


Bagi yang mampu, silahkan pergi ke toko-toko terdekat buat beli camilan atau snack.
Boleh dimakan langsung atau disimpan di toples, pura-puranya buat nyediakan kalo ada tamu yang tiba-tiba njengunguk muncul. Tapi biasanya camilan tersebut kalo ndak habis dikerikiti endok-endok alias anak sampeyan sendiri, yah pasti ludes sampeyan jeglak sendiri.

Camilan itu penting. Istilah kerennya Enchanted Food Suplement tambahan agar mulut ndak nggowo saat nonton TV sambil menunggu menu utama siap dimakan. Agar supaya cangkem ndak garing saat ndak ada yang sedang dikerjakan.

Taruhan, sampeyan semua pasti pernah nyamil?
Ndak ada manusia di seluruh dunia ini yang ndak pernah nyamil. Jadi meskipun sudah lengkap menu hidangan 4 sehat lima sempurna sebanyak 3 X makan, pagi, siang, malam, tetap saja manusia itu pasti butuh variasi makanan ringan atau makanan kecil di sela-sela 3X pola makannya yang tetap.

Tapi sampeyan jangan salah. Wong kere juga punya camilannya sendiri lho.
Meskipun untuk makan sehari 3 x antheb nya ndak ketulungan. Para Kerebritis selalu menemukan akal bulus nya sendiri agar cangkemnya ndak kecut lantaran ndak ada yang bisa buat emplok-emplok'an.

Percaya atau tidak, para Kerebritis ternyata lebih bersifat Karnivora dalam soal camilan.
Mereka memangsa kaum kewan, yang sumpah disawat cowek , orang berduit ndak akan doyan.
Untuk makanan kecil atau camilan atau snack, mereka makan kutu rambut, cindil (bayi tikus yang masih merah), kadal, tokek, laron, bekicot, kodok (tiga jenis terakhir ini orang berduit masih ada saja yang doyan).

Teori mata rantai makanan rupanya berlaku tidak hanya bagi kaum kewan. Ternyata, kaum manusia juga mempraktekkan foods chain theory ini. Jadi kalo sumber daya makanan sang ular yakni kodok sudah mulai lenyap, ya ular cari makanan lain. Kalo kijang mulai punah, ya harimau cari jenis makanan lain.
Begitu juga manusia kere. Kalau donat atau hamburger atau hot dog gak mampu dibeli, ya cari jenis kue lain. Kalau kacang mente atau coklat tidak terbeli ya nguntal cindil atau ngremus tumo alias kutu.

Maka dari itu, mbok yao, orang yang punya duit jangan terus-terusan mengeksplorasi jenis makanan yang sudah menjadi level makanan kaum kere. Misalnya tempo hari, para ahli menemukan bahwa tikus sawah ternyata memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Lha nanti Tukang bakso yang ngepruk Ndasnya tikus-tikus itu jadi ndak kebagian jatah lagi. Tikus di perjualbelikan layaknya seperti ayam potong, akhirnya mahal, ujungnya wong kere yang ngaplo, alias memble ajeee.

Contoh lagi, laron dibuat rempeyek, bekicot dibuat kripik, waah itu sudah menjarah jatah rantai makanan kaum kere. Kalo orang berduit sih enak bisa semena-mena pingin makan Pizza sore hari terus malamnya ngeletuk kripik bekicot. Lha yang keree ini gimana? Kan ndak bisa eksplorasi jenis camilan atau jajanan orang berduit? Sekali tumo ya tetep saja besok atau lusa atau tahun depan tetep tumo. Ndak mungkin kan tumo tiba-tiba 'cling' ganti kacang arab?

Tapi meskipun camilan wong kere bin mbambung itu masih berbau Kewan, tapi para kaum kere selalu saja menemukan akal bulus buat menyamarkan.
Makan kutu dibilang Petan (cari kutu), ngemplok tumo beras disamarkan dengan pake buah pisang katanya untuk obat penyakit kuning alias hepatitis. Makan cindil dikatakan supaya kuat mbecak, makan kadal katanya buat obat, makan tekek dibilang buat penolak gatal-gatal. Dan masih banyak alasan yang lain.

Suatu kali Mbah Ndrongos, tetangga Karto kere yang tukang pijet urat itu ketangkap basah oleh Karto kere sedang ngunyah kecoak.

"Lhoo..mbah? kok makan kecoak?!"

Mbah Ndrongos yang sudah beberapa hari ini ndak mijet, pura-pura kaget lalu dengan santai mengambil badan kecoa yang sudah tinggal separuh itu lalu memeriksanya sebentar,

"Ini bukan kecoak, Goblok!"

Lalu Mbah Ndrongos dengan santai kembali memakan sisanya.

"Ini Walang kutho*!"

*Belalang Kota.


* * *

Bedane Kethek Rembes Karo Raimu


Awakmu iku Nglencer tah Minggat?

Lokasi Wisata Kerebritis: Pantai Kenjeran Surabaya

(Warning: Javanesse Language Only!)

Karto kere:
Sek talah..Jon! Koen iku ape nangdi?

Jono Mbois karo ndrenges nyauti Karto,

Jono Mbois:
Hehehe..Nglencer nang Kenjeran rek..

Karto kere:
Koen iku Nglencer tah ape Minggat? katek nggowo kloso, rantang sego, bantal, tas ransel ..

Jono Mbois:
Wah repot, musuh wong gak gaul koyok koen iku To!

Karto kere:
Gak gaul yo opo seh? aku iki Kere gaul jek!

Jono Mbois:
Jenenge nang tempat wisata iku opo-opo mbayar, opo-opo larang ..lha timbangane nang kono ngaplo, yo aku nggowo opo-opo dhewe teko omah ..

Karto kere:
Wah yo ngene iki lho, nek wong kere kakean gaya, kathik acara ngelencer barang ...

Jono Mbois:
Lha mosok minggu-minggu aku dines rek?

Karto kere:
Lha David, bedhes mu melok sopo?

Jono Mbois:
Areke gak gelem melok, jarene pingin nontok Doraemon ae ..

Karto kere:
Halaah cangkemmu! mosok bedhes isok ngomong?

Jono Mbois:
Lha wis bolak-balik tak tawari melok opo gak, de'e mbhideg ae..yo wis ..

Karto kere:
Halaaah alasan, koen lak apene ngejak Yatemi Mblodes kan? ngaku ae ..

Jono Mbois:
Yo mestine rek ..nggolek duwik gawe oppo nek gak gawe genda'an ?

Karto kere:
Lha nek awakmu dhuwe duwik lapo kathik nggowo bothek'an sak munuh akeh'e?

Jono Mbois:
Yo iki jenenge urip prihatin To, ..awak ndhewek iki sik isok ndang rabi rek ..

Karto kere:
Lha nang kenjeran koen numpak opo?

Jono Mbois:
Aku maeng wis warah barek Dul Nyambik, sepeda onthel'e tak selang dhiluk ..

Karto kere:
Jancuk! aku yo butuh rek ..

Jono Mbois:
Gawe opo koen? Dul Nyambik iku wis rodho kapok nyelehno sepeda nang awakmu,
jarene tau mbok gadekno barang sepeda iku ...

Karto kere:
Lhooo..sing penting kan gak sampek tak dhol..pancene waktu iku aku butuh dhuwik Jon ..

Jono Mbois:
Halaaah prejenganmu koyok luwak! wis, cabut sek yo..

Karto kere:
Engkuk dhisek tah ..

Jono Mbois:
Opo maneh? Selak telat aku iki ... Yatemi iku wis adhus wis wedhak'an ..selak dirubung laler arek iku engkuk ...

Karto kere:
Lha iyo, ..rantangmu iku isine opo ae Jon? Kok kethok ane Mbegegeg ngono?

Jono Mbois:
Kok isine opo? Yo sego goblok! lha mosok katene Gragal? Gragal gawe ngasaaak bathuk mu tah?

Karto kere:
Lho? ojok kathik murang-muring ngono tah? aku lak mek takok ...
Lha terus iwak'e opo?

Jono Mbois:
Karepku iku engkuk Yatemi apene tak jak nggolek kerang disek, nek gak onok yo nggolek jangkang tah, opo tah, ..baru dimasak, baru mangan bareng ..hehehe..ngono lak romantis tah?

Karto kere:
Romantis apanee? yo Yatemi selak tambah Mblodes arek iku, selak kaliren ..

Jono Mbois:
Wah awakmu iku koyok eruh-eruh'o ae..pacare lak aku seh?

Karto kere:
Yo wis karepmu ..

Jono Mbois:
Aku tak budhal disek yo ?.. eh iyo meh lali aku ..

Karto kere:
Opo? ape utang tah? gak duwe dhuwik aku..

Jono Mbois:
Wis ngerti nek awakmu iku pancen gak gableg dhuwik Su!
aku iki ape nyeleh Catut!

Karto kere:
Ancuk! nglencer kathik nggowo catut barang? gawe opo Jon?!

Jono Mbois:
Lho penting iku Ndheng!! gak onok iku gak sido budhal aku ..

Karto kere:
Lhaiyo gawe opo??

Jono Mbois mesam-mesem, terus nyidhek nang Karto kere..

Jono Mbois:
Kenjeran lak mlebune larang tah? catut iku tak gawe nggunting kawat,
aku mlebune mbrobos ae..hehehe..

* * *

BRUTU Philosofia


Sebagian dari gaya hidup Kerebritis adalah Makan Ayam!
Mosok ya tiap hari makan sepuluh kepal nasi, tempe kemarin yang sudah lembek sama sambel yang kasar ngulegnya terus-terusan. Bisa-bisa Karto modar karena bosan. Sekali-sekali ya makan Ayam Goreng laah.

Tapi Karto cukup tahu diri kok. Dia ndak berharap bisa makan bagian payudara eh dada, atau bagian paha yang mulus eh yang empuk dan banyak dagingnya. Karto sudah alkamdulillaaah kalo sudah bisa nyokot bagian sayap atau bagian punggung belakang yang lebih banyak tulang belulang.

Nah kalau masih pingin yang lebih murah lagi, Karto masih bisa milih bagian kepala atau ceker alias kaki.

Kalau masih juga pingin yang lebih muraaah bahkan gratis. Karto bisa setengah hari nunggu di samping Mbak Jum, yang jualan ayam potong di pasar krempyeng. Karena biasanya saat tengah hari mbak Jum sudah bisa memberinya gerombolan para pantat ayam itu.

Ibu-ibu rumah tangga sekarang sudah lebih sadar akan lemak yang konon kurang sehat yang dibawa oleh para pantat ayam tersebut. Mereka biasanya minta bagian itu dibuang. Nah, mbak Jum yang kreatip itu menyimpan dan mengumpulkan untuk orang-orang macam Karto.

Karena biasanya ada saja kerebritis selain Karto yang nyanggong alias nunggu dengan setia di sebelah meja dagangannya. Kalau bukan Karto, pasti Endang Mangkak yang berdiri disitu. Kalau bukan pasti ya si Hansip Warip. Pokoknya masih banyak kok kerebritis yang dengan senang hati menerima dan makan gerombolan pantat ayam itu.

Mungkin bagi ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak dari keluarga yang mampu beli ayam, Brutu alias pantat ayam itu tidak sehat dan mengandung lemak yang berbahaya. Tapi bagi kerebritis?

"Ndak sehat gimana, ini bagian yang paling enaak kok .." Begitu Lek Sapar suatu kali pernah berkata.

"Katanya ini banyak lemaknya Lek ..." Sahut Karto sambil terus makan.

"Ojo kakean Cangkem! (Jangan banyak Bacot) sudaah emplok'en ae (Sudah telan saja).. banyak lemak ya ndak apa-apa ...lha wong Raimu iku nyaris tak berlemak kok .." Balas Lek Sapar sambil mengunyah pantat ayam yang dimasak oseng-oseng kecap.

"Kata Mbah Ndrongos, banyak makan Brutu bikin kita cepat pikun lho Lek.."

"Hahaha...malah enak toh,..kita jadi cepat lupa kalo kita ini hidupnya sengsara .."

KISAH DUA IBU BERANAK SATU


Tak banyak yang tahu, kalau Yanto luwak (11 Th.) dulunya punya dua orang ibu.
Lho? Kok bisa? Lha mbuatnya dulu gimana ibu-ibu itu? Sabar, sabar, dengar dulu cerita dari Pakde Heri KKO (50 Th.) yang sekarang jadi orangtua asuhnya si Yanto.

Ceritanya begini,
Dahulu kala pada suatu hari, halaah.. permulaan yang sudah klise.
Pada suatu ketika, Adoooh tulung deh, ...awalan cerita ini juga sudah basi.
Adik-adikku sekalian, sekarang Pakde Heri mau cerita, duduk yang manis, tangan dilipat di atas meja, terus dengarkan yaa... Tambah suwe tambah Nggatheeli ...itu cara mulai bercerita yang sudah ndeso Pakde, sudah kadaluwarsoo..

-Sek tah, sing cerito iki lak cangkem-cangkemku dhewe, Raimu kaet maeng kok mewelii ae seh?!

+Yo wis, cerito'o ...tak rungukno...

Pakde Heri meski agak nesu, tapi demi lurusnya sebuah sejarah, ia akan merelakan diri dan waktunya buat bercerita. Karto, Yanto, bersila, ndomblong di hadapannya.

-Waktu itu Kota kita ini sedang banjir besaar..semua barang pada kinthir ...

Karto menoleh kepada Yanto yang duduk di sebelahnya,

+Lho iku lho...termasuk awakmu barang sing kinthir ...

Pakde Heri mendelik,

-Hei Bedhes!! Aku ini mau ceritaa!!

Karto langsung mencep.

-Kota kita ini hampir separuh wilayah terendam air, becak-becak ,bemo, bis kota lumpuuh total!
Semua orang pergi dengan menggunakan Gethek atau berenang ..

Karto manggut-manggut. Yanto mulai ngantuk,

-Pasar turi tutup, pasar mblauran kukut! Pasar wonokromo kepleh kabeh, pasar Rungkut... durung dibangun..

+Yang belum dibangun ndak usah diceritakan toh pakde ..

-Hus! diem!

Karto langsung mingkem. Yanto matanya mulai merem.

-Biar belum dibangun, tapi sudah mulai di pondasi! kalo ndak tahu sejarah jangan melok-melok, nanti malah salah semua!

Yanto kepalanya ceklak-cekluk. Pakde Heri melotot.

-Lhealaaah ..dadakno kaet maeng arek iku turu?

Pakde Heri melepas klompen kiri dan hendak dilemparkan pada Yanto. Karto buru-buru mencegahnya.

+Jangaaan Pakde!

Teriakan Karto mengagetkan Yanto sehingga dia terbangun. Dia terkejut melihat Pakde Heri menghunus klompennya, lalu ia menoleh ke arah Karto.

*Mbok sampeyan jangan ngecemes saja, mbokya orang tua cerita itu di dengarkan dulu..

Karto langsung njundul kepala Yanto.

+Sing ape disawat iku Raimu Goblok!

-Hei Luwak!, aku ini cerita terutama buat kamu Ndheng! kamu malah ndekok!

*Lha habis, Pakde ceritanya ndak seru, ndak ada antem-anteman'nya

-Ya kamu saja sini yang tak wasoo..

Watak serdadu Pakde Heri tiba-tiba muncul. Ia menghampiri Yanto dan hendak meringkes leher kaosnya. Karto menahannya.

+Sik tah Pakde, ..sampeyan itu mau cerita apa mau gelut? Yanto ini kan masih kencur toh,,

-Kencur oppoo? kencur kok sudah bisa nyopet, sudah mahir ngutil!

*Tapi kan saya ndak pernah nyolong barang sampeyan Pakde?

-Lha sing apene mbok colong yo opo? Wong omah situk elek iki gelondangan gak ono isine ..

*Lha sampeyan enthekno gawe tombokan Pakde ...

Karto spontan ngeplak kepala Yanto .

"Plaak!"

*Athoo..

+He, cangkemmu ojo tambah nyluthak!

*Lho..sampeyan dhewe lak sing cerito seh..

Karto menelan ludah, menoleh kepada Pakde Heri yang melotot kepadanya. Tak lama Karto ingah-ingih.

+Hehehe...ini ada mis inpormasi Pakde ...

-Oooo...jadi kamu combenya? jadi selama ini yang nyebar cerita tentang sejarah ke-kere-an ku itu ternyata kamu?

+Mboten kok Pakde hehehe..

-Seneng atimu, bungah Rraimu, oleh konco kere anyar ..iyo?!

+Ya ndak gitu Pakde ...

*Ini jadi cerita apa ndak seh Pakde? kalo ndak saya mau ke prapatan ..

+Lho yo opo seh koen iku? yo sido.. kan jadi ya Pakde? hehehe..

Pakde Heri nampaknya sudah mulai purik. Dia tak menjawab pertanyaan Karto.

(Bersambung ...)